Pulau Sumatera Berduka: Pakar Ungkap Penyebab Banjir Bandang Mematikan

Pulau Sumatera Berduka: Pakar Ungkap Penyebab Banjir Bandang Mematikan

Banjir Bandang dan Longsor Melanda Sumatera, Lebih dari 100 Korban Jiwa Pulau Sumatera kembali diterpa bencana besar. Longsor dan banjir bandang menghantam sejumlah wilayah seperti Sumatra Barat, Sumatra Utara, Aceh, dan beberapa daerah lainnya. Menurut data BNPB per 28 November 2025, lebih dari 100 warga meninggal dunia, sementara sejumlah lainnya masih dinyatakan hilang. Tragedi ini

Banjir Bandang dan Longsor Melanda Sumatera, Lebih dari 100 Korban Jiwa

Pulau Sumatera kembali diterpa bencana besar. Longsor dan banjir bandang menghantam sejumlah wilayah seperti Sumatra Barat, Sumatra Utara, Aceh, dan beberapa daerah lainnya. Menurut data BNPB per 28 November 2025, lebih dari 100 warga meninggal dunia, sementara sejumlah lainnya masih dinyatakan hilang. Tragedi ini menyita perhatian masyarakat dari berbagai penjuru Indonesia, memunculkan pertanyaan besar terkait penyebab parahnya bencana tersebut.


Musim Hujan Memuncak di Sumatra Tengah

Pakar meteorologi ITB, Dr. Muhammad Rais Abdillah, menjelaskan bahwa faktor utama bencana ini adalah curah hujan ekstrem. Wilayah Tapanuli dan sebagian Sumatra tengah diketahui sedang berada pada puncak musim hujan.

“Sumatra bagian utara memiliki pola hujan sepanjang tahun, bahkan dua kali puncak hujan. Saat ini kita sedang berada pada fase puncaknya,” ungkap Rais, dikutip dari laman ITB, Sabtu (29/11/2025).

BMKG mencatat intensitas hujan mencapai 150–300 milimeter, angka yang masuk kategori hujan ekstrem dan berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi berskala besar.


Sirkulasi Siklonik dan Siklon Tropis Senyar Memperkuat Hujan

Selain intensitas hujan, keberadaan sirkulasi siklonik di sekitar Sumatra bagian utara turut memperparah kondisi. Fenomena ini kemudian berkembang menjadi Siklon Tropis Senyar yang terbentuk di sekitar Selat Malaka dan bergerak ke arah barat.

“Sejak 24 November sudah terlihat adanya sistem berputar dari Semenanjung Malaysia. Dalam meteorologi disebut vortex, meski saat itu belum terbentuk pusat siklon yang jelas,” ujarnya.

Meski tidak sekuat siklon di Samudra Pasifik atau Hindia, Senyar tetap meningkatkan pembentukan awan hujan. Fenomena atmosfer skala meso dan sinoptik seperti hembusan angin dari utara yang membawa udara lembap juga memperkuat proses pembentukan hujan.


Alih Fungsi Lahan Perburuk Dampak Banjir Bandang

Kerusakan lingkungan menjadi faktor lain yang memperparah bencana. Dosen Teknik Geodesi dan Geomatika ITB, Dr. Heri Andreas, menegaskan bahwa kemampuan tanah menyerap air telah menurun drastis.

“Saat hujan turun, sebagian air harusnya meresap ke dalam tanah. Namun proporsi infiltrasi ini sangat dipengaruhi kondisi tutupan lahan,” jelas Heri.

Ia menyoroti alih fungsi kawasan hutan menjadi perkebunan dan permukiman yang menyebabkan daya tampung air berkurang. Hilangnya kawasan penahan air membuat limpasan air hujan mengalir langsung ke sungai dengan volume besar, sehingga memicu banjir bandang.

Heri menekankan pentingnya penataan ruang berbasis risiko, konservasi kawasan resapan air, serta pemodelan geospasial untuk mitigasi jangka panjang.


Peningkatan Peringatan Dini dan Edukasi Publik Jadi Kunci

Selain penataan ruang, Dr. Rais menambahkan bahwa sistem peringatan dini cuaca harus lebih akurat dan ilmiah. Edukasi publik mengenai kebencanaan juga menjadi faktor penting untuk mengurangi dampak bencana di masa mendatang.

Ib_admin
ADMINISTRATOR
PROFILE

Posts Carousel

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *

Latest Posts

Top Authors

Most Commented

Featured Videos