Banjir bandang yang terjadi selama beberapa hari terakhir melanda puluhan kabupaten dan kota di Sumatra Utara, Aceh, dan Sumatra Barat. Bencana ini tak hanya merendam pemukiman, tetapi juga memutus sejumlah akses utama jalur darat. Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto melaporkan hingga Jumat (28/11) malam, total korban meninggal mencapai 174 orang, 79 orang masih hilang, dan
Banjir bandang yang terjadi selama beberapa hari terakhir melanda puluhan kabupaten dan kota di Sumatra Utara, Aceh, dan Sumatra Barat. Bencana ini tak hanya merendam pemukiman, tetapi juga memutus sejumlah akses utama jalur darat. Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto melaporkan hingga Jumat (28/11) malam, total korban meninggal mencapai 174 orang, 79 orang masih hilang, dan 12 lainnya mengalami luka-luka.
Meski akses ke beberapa titik terisolasi, pemerintah pusat melalui BNPB telah mengirim bantuan darurat berupa sembako, hygiene kit, kasur lipat, makanan siap saji, serta perlengkapan kebersihan. Bantuan disalurkan ke lokasi-lokasi yang sudah dapat dijangkau oleh tim gabungan.
Sumatra Utara: Korban Tertinggi dan Banyak Akses Terputus
Sumatra Utara menjadi wilayah dengan dampak paling parah, mencatat 116 korban meninggal dan 42 orang hilang. Korban tersebar di Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Kota Sibolga, Humbang Hasundutan, Padang Sidempuan, serta Pakpak Barat.
Akses jalur darat banyak yang lumpuh. Jalur nasional Sidempuan–Sibolga terputus, sementara jalan Sipirok–Medan rusak di dua titik. Mandailing Natal juga melaporkan kerusakan jalan yang cukup parah di beberapa rute vital. Tim evakuasi terus berupaya membuka akses dengan bantuan alat berat.
Gangguan jaringan telekomunikasi memperburuk situasi. Untuk mengatasi hal tersebut, BNPB telah mendistribusikan perangkat Starlink ke posko dan titik pengungsian demi memulihkan komunikasi.
Aceh: Ribuan Keluarga Mengungsi, Banyak Wilayah Tak Bisa Diakses
BNPB mencatat 35 korban meninggal, 25 hilang, dan 8 luka-luka di Provinsi Aceh. Korban terbanyak berasal dari Bener Meriah, Aceh Tengah, dan Aceh Tenggara. Pendataan masih berlangsung di beberapa wilayah lainnya termasuk Aceh Utara dan Aceh Timur.
Pengungsian tersebar di 20 kabupaten/kota, dengan Lhokseumawe mencatat 96 titik pengungsian. Total warga terdampak dan mengungsi mencapai 4.846 KK.
Akses jalan nasional juga banyak yang terputus. Kerusakan jembatan di Meureudu memutus jalur Banda Aceh–Lhokseumawe. Beberapa kabupaten seperti Gayo Lues dan Aceh Tengah kini hanya bisa dijangkau lewat jalur udara dengan memanfaatkan Bandara Perintis Gayo Lues dan Bandara Rembele.
Sumatra Barat: 23 Meninggal dan Ribuan Mengungsi
Di Sumatra Barat, korban meninggal berjumlah 23 orang, dengan 12 hilang dan 4 luka-luka. Korban tersebar di Padang Panjang, Tanah Datar, Agam, Kota Padang, serta Pasaman Barat.
Pesisir Selatan mencatat 50 titik pengungsian, sementara titik lain tersebar di Kota Padang, Solok, Pasaman, dan Tanah Datar. Total pengungsi sementara mencapai 3.900 KK.
Pemicu Bencana: Siklon Tropis Senyar
BMKG menjelaskan bahwa rangkaian bencana ini dipicu oleh Siklon Tropis Senyar, fenomena cuaca yang jarang terjadi di sekitar Selat Malaka. Siklon tersebut membawa curah hujan ekstrem yang memicu banjir bandang dan longsor.
BMKG juga mengingatkan adanya potensi gelombang tinggi 1,25–2,5 meter di perairan Selat Malaka bagian tengah, Sumatra Utara, dan Rokan Hilir.
“Fenomena seperti Siklon Tropis Senyar sangat jarang terjadi di wilayah ini, apalagi sampai melintas daratan,” jelas Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani.

















Leave a Comment
Your email address will not be published. Required fields are marked with *